Pages

Monday, August 27, 2007

8 pembohongan seorang ibu...

terus-terang aku cakap,entri ni aku curi...
tapi aku dah minta izin dari tuan empunya(cun tau).tak tau le dia dah angguk ke belum.

Niat aku baik.Menghebahkan lagi ajaran-ajaran baik dan benar.

Wahai anak-anak derhaka, baca dan jadilah kalian anak-anak yang soleh dan solehah(paling kurang pun hormat le ibu-bapa kamu).

(nota:aku mengubah sedikit gaya bahasa supaya mudah di fahami. aku tinggalkan sikit2 bahasa asal untuk kesan originaliti.)

8 Pembohongan Seorang Ibu Dalam Kehidupannya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahawa pembohongan akan
membuat manusia terperuk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini adalah sebaliknya.

Pembohongan ini dapat membuka mata kita dan terbebas dari
penderitaan, ibarat sinaran cahaya matahari yang mampu mendorong mekarnya
sekuntum bunga yang paling indah di dunia.


Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku lahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan,
ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke
mangkukku.

Ibu berkata :

"Makanlah nak, aku tidak lapar"

INILAH PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA


Ketika aku mulai dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi
memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan,dia dapat
memberikan sedikit makanan bergizi(berkhasiat) untuk tumbesaran anak2nya.

Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
makan.

Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan
suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya.

Ibu berkata :

"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"

PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA


Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah,demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil
tempelannya itu membuahkan sedikit wang untuk menutupi kebutuhan(keperluaan) hidup.

Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu
pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel
kotak mancis. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu
masih harus kerja.

Ibu tersenyum dan berkata :

"Cepatlah tidur nak , aku tidak penat"

PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA


Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di
bawah terik matahari selama beberapa jam.

Ketika bunyi loceng berbunyi,menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.
Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang
jauh lebih kental.

Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan
gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.

Ibu berkata :

"Minumlah nak,aku tidak haus!"

PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT


Setelah kepemergian ayah kerana sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan
hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susah dan susah.
Tiada hari tanpa penderitaan.

Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kami yang begitu sengsara, seringkali menasihati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras
kepala tidak mengindahkan nasihat mereka.

Ibu berkata :

"Aku tidak perlukan cinta"

PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA


Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, dia rela untuk pergi ke pasar
setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan
hidupnya.

Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan
sedikit wang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak
mau menerima wang tersebut. Malahan mengirim balik wang tersebut.

Ibu berkata:

"Aku ada duit"

PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM


Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperolehi gelaran master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa
di sebuah syarikat swasta.Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu.

Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati
hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu
menyusahkan anaknya.

Ibu berkata :

"Aku tak biasa tinggal negaraorang"

PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH


Setelah memasuki usianya yang tua,ibu terkena penyakit kanser usus,harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk
menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di
ranjangnya setelah menjalani pembedahan.Ibu yang kelihatan sangat tua,
menatap aku dengan penuh kerinduan.

Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti
ini.

Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :

"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan"

PEMBOHONGAN IBU YANG KELAPAN


Setelah mengucapkan pembohongannya
yang kelapan, ibu tercintaku menutup matanya untuk yang terakhir kali.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "Terima kasih ibu..!"






Fikir2kan le...

Dah berapa lama kau tak call mak ayah kau?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk
berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang
padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan
pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan khabar pasangan kita,
risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila
disamping kita?

Namun, apakah kita semua pernah risaukan khabar dari orang tua kita?
Risau apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Risau apakah
orangtua kita sudah bahagia atau belum?

Apakah ini benar?

Kalau ya, cuba kita renungkan kembali lagi...


Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan nanti baru kau nak MENYESAL.


No comments: